Minggu, 25 Mei 2014

Konsep Sistem Informasi

KERJAKAN SOAL DI BAWAH INI DENGAN BENAR !
  1. Jelaskan tujuan dari pengamanan sistem informasii !
  2. Sebutkan dan jelaskan secara singkat kategori aset-aset di dalam sistem informasi !
  3. Sebutkan dan jelaskan secara singkat kategori ancaman terhadap perusahaan dalam sistem informasi !
  4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat  klasifikasi informasi di dalam sistem informasi !
  5. Sebutkan dan jelaskan secara singkat tiga prinsip dalam  strategi keamanan sistem informasi!
Tugas individu, dikerjakan di satu lembar kertas di tulis tangan dan Dikumpulkan di kantor hari ini juga !

Jumat, 23 Mei 2014

PROGRAM MENDETEKSI LULUS TIDAKNYA MAHASISWA

PROGRAM MENDETEKSI LULUS ATAU TIDAKNYA MAHASISWA
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=iso-8859-1" />
<meta name="author" content="halim" />

<title>Tugas Java dasar no_2</title>
    <link rel="stylesheet" href="Tugas Java dasar no_2.css" type="text/css"/>
    <link href="css/bootstrap.min.css" rel="stylesheet"/>
    <link href="css/bootstrap.css" rel="stylesheet" style="text/css"/>
   
    
<style type="text/css">
<!--
body {
background-image: url(Burbujas-Abstract-05.jpg);
}
-->
</style></head>

<body text="RED">
<html>
<img src="tumblr_lwrq46YBVz1qkctxoo1_500.gif"/>
<h1> MENENTUKAN NILAI MAHASISWA </h1>

<script LANGUAGE = "JavaScript">
<!--
var nilai = prompt("Silakan Memasukkan Nilai (0-100): ", 0);
var hasil = " ";
if (nilai >= 70 && nilai <= 100)
hasil = "Selamat Anda Lulus";
else if (nilai < 70 && nilai >= 0)
hasil = "Maaf Anda Harus Belajar Lagi";
else
hasil = "Salah Memasukkan Nilai"
document.write ("<h1>"+"Nilai Anda: "+ nilai+"<h1>")
document.write ("</br>")
document.write("Hasil: " + hasil);
document.write ("</br>")
//-->

</script>
 <audio src="07. In Case - (www.SongsLover.pk).mp3" controls autoplay loop> </audio>


</body>
</html>
HASILNYA
A. BUATLAH:
*MEMASUKKAN NILAI



B. KLIK OK

C. MEMPRESENTASIKAN KRETERIA NILAI

*  BILA DIMAASUKKAN  NILAI70-100

*AKAN MUNCUL  GAMBAR DENGAN KETERANGAN

*JIKA DIMASUKKAN NILAI 1-69




*TAMPILANNYA AKAN SEPERTI INI


*JIKA NILAI YANG DIMASUKKAN TIDAK SESUAI

*TAMPILANNYA AKAN SEPERTI INI




SCRIP UNTUK MENCARI BELAH KETUPAT

SCRIP UNTUK MEMBUAT BELAH KETUPAT DENGAN BINTANG
<!DOCTYPE HTML>
<html lang="en">
<head>
<meta http-equiv="content-type" content="text/html" />
<meta name="author" content="halim" />

<title>Tugas Belah Ketupat</title>
    <script>
var bil=prompt('masukan nilai n :',0);
bil=parseInt(bil);


//bentuk kri atas
for(i=bil;i>0;i--){
for(j=1;j<=i-1;j++){
document.write('&nbsp&nbsp');
}


for(y=1;y<=bil-i+1;y++){
document.write('*');
}



for(l=1;l<=bil-i;l++){
document.write('*');
}
document.write('<br>');
}


//bentuk kiri bawah
for(i=1;i<=bil;i++)
//document.write(i-1);
{
for(j=1;j<=i;j++){
document.write('&nbsp&nbsp');
}


for(y=1;y<=bil-i;y++){
document.write('*');
//document.write(k);
}


for(l=1;l<bil-i;l++){
document.write('*');
}
document.write('<br>');
}
</script>
</head>

<body>



</body>
</html>
Tampilan awal
masukkan bilangan atau jumlah n


Tampilan jadi

Minggu, 11 Mei 2014

TULIP TANPA KELOPAK mozaik 3

 TULIP TANPA KELOPAK mozaik 3

            Aku masih tak mengerti maksud permainan takdir, bahkan sampai saat ini takdir masih seperti misteri bagiku. Aku paling benci kata seandainya, namun sepertinya belakangan aku tak pernah bisa lepas dari kata itu. Inilah resikoku, sebagai pemimpi yang sedag menanti keajaiban. Sering sekali aku menggunakan kata itu.
            Seandainya Revi tak membuat janji itu dan dia tak pernah meninggalkan aku tanpa kepastian. Menunggu kehadiranya yang tak kunjung tiada hentinya. Seandaainya aku tak pernah mengenal Andi dan tak pernah menerima cintanya semua tak kan seperti ini.
            Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Andi. Hari yang paling aku takuti kedatangannya, namun aku tak kuasa mencegahnya. Aku memang pecundang. Aku tak berani mengambil resiko untuk mengutarakan isi hatiku.
            Aku membutuhkanmu Revi, aku tak mapu tanpamu. Hanya kau yang selalu bisa membaca semua isi hatiku. Aku tak mampu mengutarakannya. Kaulah yang selama ini selalu mendukungku, meneriakan semua yang tak mampu kuucapkan. Bagaimana mungkin aku bisa tanpamu. Jika sosokmu selalu menjadi sandaranku. Bahkan tanpa hadirmu, kau tetap jadi sandaranku tuk menghadapi dunia ini.
            Vika membantuku  menata gaun pengantinku. Aku merasa semuanya sudah sempurna tapi dia bersikeras jika gaunku kurang rapi. Ada sebutir mutiara yang tidak sesuai tempatnya atau apalah. Ada saja alasan bagi dia menghabiskan waktu untuk membenahi, entahlah aku tak mengerti apa yang dikatakan Vika. Untung ada Andi yang datang dan menyelamatkanku dari Vika.
            “Tulip,” itu suara Andi yang muncul diambang pintu kamar. “K-kau... aku tak tahu kata apa yang pantas untuk disandingkan denganmu.” Aku tahu Andi asing dengan kata-kata rayuan. Mau tak mau aku merasa tersanjung dengan ucapannya.
            “Bahkan kau sekalipun?” godaku.
            Dia melangkah mendekat padaku. “Aku akan jadi pria paling beruntung,” dia menatapku dari kaca di depanku. “Aku ingin mengenalkanmu dengan sahabatku. Dia tak bisa di sini sampai akad kita. Jadi aku ingin mengenalkanmu dengannya.”
            Aku meghebuskan nafas sok jengkel. “Kau mau pamer ya?” tuduhku kejam.
            Dia senyum malu. “Kelihatan banget ya?” aku mengangguk. “Kau pasti suka bertemu denganya. Apa kau tahu, reaksimu dengan dia sama saat aku mengatakan dia harus bertemu denganmu dulu.”
            “Oh ya?”
            Dia membenarkan sebelum melangkah pergi keluar. “Aku akan memanggil dia ke sini.”
            Tak lama seletah Andi pergi Vika mulai usil lagi dengan make-upku kali ini. Entahlah aku bingung sendiri dengan dia. Aku masih berdebat dengan Vika saat Andi dan temannya datang. Aku cepat-cepat melepaskan diri dari Vika, lalu berbalik menghadap Andi.
            Aku membenci takdir mulai saat ini, rasanya aku tak ingin berteman lagi dengan takdir. Permainan apa ini, ini menjengkelkan dan terlalu meyakitkan untukku.
“Sayang, kenalkan ini temanku Revi, dia kepala polisi di Bandung.” Andi memelukku dari belakang seakan menunjukan jika aku miliknya.
Tanpa kusadari, aku menolak pelukan Andi. Aku keluar dari pelukanya dengan sangat kasar. Andi tak menyadari perubahanku. Dia kira aku cuma bercanda seperti biasanya. Tapi kali ini lain. Aku seperti, hancur berkeping-keping. Setelah lama aku menunggu kedatangannya. Sekarang dia datang tapi kenapa dengan cara ini. Aku ingin dia menghentikan pernikahan ini. Membawaku pergi sejauh mungkin. Bukannya malah datang sebagai sahabat Andi.
“Rev, kenalin ini Tulip. Cantikkan?” kata Andi pada Revi sambil menarikku untuk mendekat pada Revi.
“Kau benar, dia memang sangat cantik,” katanya dengan tenang dan tulus. “Kenalkan, aku Revi. Tadinya kupikir Andi cuma omong besar, ternyata kamu memang sangat cantik. Aku harap pernikahan kalian lancar, dan kamu akan menjadi wanita paling beruntung. Karena Andi sangat mencintaimu.”
Senyum Revi terasa sangat sakit buatku. Dia bersikap seolah kami tak pernah saling mengenal sebelumnya. Aku mengangkat wajahku agar dapat menatap matanya. Sosoknya yang tenang membuatku yakin dia sudah melupakanku. Dia tak mengenaliku.
Tega Rev, kau.. Kau menghancurkanku Rev, kau tahu itu? Kenapa kau baru muncul sekarang? Bagaimana mungkin kau melupakanku semudah itu sementara aku terbelengguh akan cintamu?
Aku sangat ingin berteriak padanya. Tanpa bisa kucegah air mataku menetes perlahan. Aku tak sanggup bergerak setelah itu. Revi hanya menatapku, mematung. Ini semakin menyiksa seiring dengan berjalannya waktu.
“Cuma Tulip aja yang dikenalin?” sahut Vika.
“Maaf Vik, gue lupa kalo ada lo di sini,” kata Andi. “Revi, ini Vika saudaraku sekaligus sahabat Tulip. Dia yang ngenali aku sama Tulip.” Kali ini Andi bicara dengan Revi.
Revi memelingkan wajahnya, berganti menatap Vika. Mereka berjabat tangan. Vika sedang berusaha menarik perhatian Revi, aku bisa melihat itu. Sepertinya Revi tidak keberatan dengan itu. Sesekali Vika melontarkan komentar saat mereka berdua bicara.
Aku merasa sakit melihat mereka berdua, jadi aku memalingkan wajahku dari mereka semua. Aku seakan asing di dunia ini. Seakan aku tak berada di dunia ini. Mungkin memang benar, ragaku memeng ada di dunia yang sama dengan Revi. Namun pikiranku ada di masa laluku bersama dia. Dia yang sedang tertawa dengan sahabatku. Tuhan tolong aku, aku ingin bisa bicara dengan Revi berdua saja. Aku mohon.
Tuhan tahu semua isi hati setiap manusia. Sehingga doaku langsung terkabul. Aku tak menyangka akan secepat ini. Melalui Andi doaku terkabul. “Bentar lagi acara dimulai. Vik, bisa bantu aku bentar?” tanya Andi.
“Kau ini memang perusak kesenangan.” Gerutu Vika. “Aku tinggal dulu ya Rev?”
Semua orang sudah pergi, sekarang hanya aku dan Revi dalam ruangan ini. Sekarang malah aku yang tak mampu berkata apa-apa di depannya. Ada banyak sekali pertanyaan dalam sanubari ini. Hanya saja aku tak tahu mana yang harus kutanyakan terlebih dahulu.
Kami sama-sama terdiam. Rvi tak menatap mataku bahkan sekilaspun dia tak mau menatapku. Kukira Revi tak nyaman dengan semua ini, namun sikapnya yang tenang seakan mematahkan argumenku. “Rev, aku...” kata-kataku tersela oleh suara HP Revi.
Apa yang akan aku lakukan setelah bicara dengan Revi? Menghentikan pernikahan ini? Tidak, keluargaku akan menanggung malu jika aku kabur dengan pernikahan ini. Aku bukan anak yang tega melalukan itu pada orang tuanya. Aku tak akan sanggup melihat mama terluka. Aku menyayangi mamaku. Kebahagiannya adalahyang utama bagiku. Mungkin ini memang takdirku. Aku tak masalah kehilangan Revi, apalagi dia sudah lupa denganku. Buktinya dia tak mengenaliku. Buat apa aku mengorbankan kebahagian semua orang demi orang bahkan orang tuaku untuk orang yang tak pernah mengingatku. Bahkan menatap mataku pun tak mau. Aku harus melupakan rencana bodohku untuk menghentikan pernikahan ini.
“Maaf,” dia permisi untuk mengangkat telpon. Samar-samar aku mendengar Revi menyahut namun sangat lirih dan terkendali. Suara itu, suara orang yang aku rindukan. Namun kenapa saat dia ada dihadapanku aku malah tak berkutik. Dia berbalik menatapku. “Aku harus pergi, sampaikan salamku untuk Andi. Semoga pernikahanmu bahagia. Tulip...”Dia tersenyum tipis sebelum melangkah menjauh dariku. Aku menatap tiap langkah yang diambilnya untuk menjauh dariku. Seperti de javu, dia pergi meniggalkanku di sini. Sendiri lagi.
Aku sanggup kehilangan sosoknya lagi. Aku tak perduli jika sekadar dia tak mengingatku. Mungkin dia lupa sekarang bukan berarti aku akan membiarka dia lupa tuk selamanya. Sekarang dia telah kembali. Tuhan membawa dia kembali kepadaku. Tetap sebelum akad ini berlangsung. Sekarang apa aku akan membiarkan dia pergi lagi. Tidak! Aku tak ingin kehilangan dialagi. Aku tak mau Revi pergi, aku tak dapat hidup di dunia yang sama dengannya namun tanpa dia di sampingku. Aku mecintainya.
Hanya itu yang aku butuhkan untuk menggerakkan kakiku untuk mengejar langkahnya. “Revi,” panggilku. Dia sepertinya tak mendengarku. Dia sudah sampai di pertengahan tangga. “Revi, tunggu Rev,” aku sudah tak perduli dengaan tatapan semua orang yang menatapku dengan curiga. Tanpa sadar aku menabrak beberapa orang yang sedang lalu lalang di lorong. Aku tidak kenal semua orang itu, yang aku tahu aku akan kehilangan Revi jika aku tak menghentikan langkah kekinya yang hendak membawanya pergi dariku.
Di muka tangga ku panggil dia lagi, kali ini lebih keras sampai semua orang menghentikan aktivitasnya untuk mengetahui apa yang terjadi.“Revi!!!” kali ini Revi mendengar teriakanku tepat saat diasampai di depan pintu keluar. “Tunggu!” aku berlari ke arahnya. Aku memag tak berani menghentikan pernikahan ini. Bukan berarti aku akan diam saja.

“Tulip, awasss!!!” teriakan Revi memang kudengar dengan jelas. Ada kecemasan disuaranya. Jelas sekali dia tadi berpura-pura. Mustahil dia mencemaskanku jika dia tak kenal denganku. Sekarang aku bisa tenang, biar semua berjalan seperti yang seharusnya. Dengan semua arah yang sudah kurubah. Penantianku, kuharap tak sia-sia. Sebab kau sudah di sini, di sisiku. Revi...
Rasanya cepat sekali waktu bergulir. Itu bukan berarti menjadi halanganku untuk menyerah atasmu. Karena rasaku ini tak akan mati meski kau diam  dan ingkari. Hanya kaulah yang XXX